KERUKUNAN HIDUP BERTETANGGA
Tetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa dipisahkan. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk osial, kenyataannya manuasia memang tidak bisa hidup sendirian. Satu sama lain harus selalu bekerjasama dalam mencapai kebaikan bersama.
Kehidupan bertetangga terkadang membuat kita pusing tujuh keliling.Ada kalanya tetangga membuat kita tersenyum tapi tidak menutup kemungkinan tetangga membuat kita menangis
Tetangga adalah saudara terdekat kita itupun kalo memang tetangga itu bisa diajak kita untuk saling berbagi dan saling membantu serta mengerti satu sama lain.
Tetapi tetangga tidak jarang menjadi musuh terbesar kita kalo pas ketemu tetangga yang terlalu perhatian alias usil alias suka ikut campur urusan orang lain. Kita bisa menjadi orang yang paling bahagia paling tidak menjadi orang yang dinantikan waktu kita bersosialisasi di antara para tetangga tetangga kita , Bukannya menjadi orang yang tidak diharapkan ketika kita bersosialisasi di tetangga kita, menjadi tetangga yang baik, belum tentu bisa dimengerti oleh orang lain.Diam bisa diartikan orang lain yang macam-macam, Akan tetapi terlalu banyak bicara juga bisa mengundang banyak masalah. Ada pepatah “Mulutmu harimau mu” Terlalu banyak bicara membuat banyak persepsi diantara banyak orang.
Dalam kehidupan bertetangga dilatarbelakangi ekonomi yang berbeda-beda, berbagai macam profesi dan pekerjaan dan tingkat pendidikkan dan umur yang bervariasi membuat orang terkadang timbul rasa iri dan dengki yang tidak lain dan tidak bukan akan memicu konflik dalam kehidupan bertetangga.
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Keharmonisan hubungan bertetangga sebenarnya amat penting. Sebab kekuatan sendi-sendi sosial suatu masyarakat, sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antarwarganya.
Memang sungguh nikmat jika kita memiliki tetangga-tetangga yang baik akhlaknya, ramah, dan penuh perhatian. Kendati demikian, kita tidak pernah bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik, kecuali kita paksa diri kita sendiri untuk bersikap baik terhadap siapapun.
Alangkah beruntungnya jikalau kita hidup dan bertetangga dengan orang-orang yang mulia. Walaupun rumah sempit, kalau tetangganya baik tentu akan terasa lapang. Dan alangkah ruginya, jika rumah kita dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang busuk hati. Walaupun rumah lapang, niscaya akan terasa sempit.
Menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan, depan, dan belakang. Mau tidak mau, setiap hari kita berjumpa dengan mereka. Baik hanya sekadar melempar senyum, lambaian tangan, salam, atau malah ngobrol di antara pagar rumah.
Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya beri kami komentar untuk memotifasi blog ini